Rendezvous at Sea Bea Cukai Bersama Singapore Police Coast Guard, Tingkatkan Pengawasan Laut Melalui Patroli Perbatasan Terkoordinasi
BATAM-RADAR JAKARTA.
NET29/9/2022). Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) bertindak sebagai penjaga perbatasan negeri,
lakukan Rendezvous at Sea dengan Singapore Police Coast Guard (SPCG) pada Rabu, 28 September
2022. Pertemuan yang diselenggarakan di tengah laut selat Singapura tersebut dilakukan dalam rangka
membahas kerja sama patroli perbatasan terkoordinasi/coordinated patrol. Patroli terkoordinasi bertujuan
untuk mencegah/membatasi kegiatan ilegal seperti penyelundupan, Transnational Organised Crimes (TOC)
terkait dengan masalah kepabeanan, dan perdagangan barang ilegal lainnya di perbatasan Indonesia dan
Singapura.
Kegiatan Rendezvous at Sea adalah pertemuan di laut antarinstansi, untuk membahas hal-hal yang terkait
dengan pelaksanaan dan ruang lingkup kerja sama yang diatur dalam Memorandum of Understanding
(MoU) dan Standard Operating Procedures (SOP). Kegiatan Rendezvous at Sea dilakukan sebagai
rangkaian kerangka MoU yang telah disepakati sejak 3 Februari 2020.
Dalam pertemuan ini, delegasi DJBC dipimpin oleh Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan Bea Cukai
Batam, Sisprian Subiaksono; Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi Kantor Wilayah Khusus
Kepulauan Riau, I Wayan Sapta Darma; Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea Cukai Batam, Waloyo;
Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Balai Karimun, Kholis Kamaludin dan
pejabat-pejabat lain di lingkup Bea Cukai Batam dan Bea Cukai Kanwilsus Kepri. Di pihak SPCG, delegasi
dipimpin oleh Supt. Lee Ting Wei, Supt. Desmond Lee, Supt. Lim, dan pejabat-pejabat lain di lingkup SPCG.
“Rendezvous at Sea di tahun 2022 ini menjadi salah satu rangkaian panjang pencapaian kerja sama antara
DJBC dan SPCG, mulai dari penandatanganan MoU di tahun 2020, Rendezvous at Sea pertama di tahun
2021, penandatangan SOP kerja sama patroli perbatasan terkoordinasi di tahun 2022, hingga sekarang
mencapai Rendezvous at Sea yang kedua di bulan September 2022,” Ujar Sisprian.
Dalam kegiatan Rendezvous at Sea di September tahun 2022 membahas tentang rencana dan mekanisme
pelaksanaan patroli terkoordinasi, salah satunya meliputi area operasi dari kegiatan patroli perbatasan
terkoordinasi, yang mencakup perairan teritorial Singapura dan perairan teritorial Indonesia. Selain
membahas area operasi, kegiatan tersebut juga membahas teknis operasi, meliputi simulasi operasi dan
patroli terkoordinasi tahap I dan patroli terkoordinasi tahap II.
Pada kesempatan yang sama, I Wayan Sapta Darma, Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi
Kantor Wilayah Khusus Kepulauan Riau, menyampaikan bahwa patroli perbatasan terkoordinasi penting
untuk dilakukan dan dilanjutkan.
“Di tahun ini, kita membahas pelaksanaan patroli terkoordinasi yang selama ini sudah terlaksana dengan
baik antara SPCG dan DJBC. Kita membahas dari sasaran atau tujuan utama kegiatan patroli tersebut,
ruang lingkup operasi, konsep operasi, dan juga sistem komunikasi, yang dilakukan secara periodik antar
pusat komando dan kontrol, maupun antar kapal,” Ucap Wayan.
Topik pembahasan utama yang dibahas pada kesempatan tersebut adalah cara meningkatkan akses
komunikasi khususnya di bidang patroli laut bagi komandan patroli dengan petugas SPCG di wilayah Selat
Singapura dan konsep operasi yang didahului dengan simulasi operasi. Dengan adanya pertukaran
informasi yang cepat dan tepat antara dan SPCG, pengawasan dan pencegahan penyelundupan di wilayah
perairan di wilayah perbatasan antara Indonesia dan Singapura akan sangat dimudahkan. Dalam
pertemuan tersebut, pihak DJBC dan SPCG juga membahas pertukaran informasi terkait daftar barang
ilegal dari kedua negara, mengirimkan daftar pantauan dari DJBC dan SPCG, aturan hot pursuit di perairan
teritorial masing-masing, serta koordinasi kapal patroli di perairan Horsburgh (Pedra Branca).Sebagai salah satu jalur paling sibuk sebagai jalur perdagangan internasional yang menunjang
perekonomian dunia, wilayah perbatasan laut Indonesia dan Singapura perlu pengawasan yang lebih ketat.
Letak Selat Singapura yang strategis, dipadati oleh kegiatan kemaritiman internasional sekaligus menjadi
perlintasan kapal yang berlayar antarbenua dan antarsamudera, memerlukan sinergi dan kolaborasi antara
pihak DJBC dan SPCG untuk menjaga dan mengawasi perairan laut tersebut(MARTUA AHMAD TAMBUNAN)
Tidak ada komentar