PT Timah Minim Kualitas SDM Dibidang Penambangan Dan Pengolahan Mineral
Radarjakarta.net.24/04/2022.
Pangkalpinang - Babel
Apapun ceritanya dalam mengexploitasi dunia penambangan saat ini diperlunya Sumber Daya Manusia (SDM) memilik kompetensi tentang Penambangan Dan Pengolahan Timah tentunya tak lain tantangannya peningkatan produksi bijih timah.
Saat awak media Radarjakarta.net.menanyakan kepada M.musda Ansori
Mengatakan:
Kendati cadangan PT TIMAH yang alluvial semakin menipis dan kompleks mengharuskan perusahaan plat merah yang sekarang berstatus sebagai perusahaan Swasta Nasional dibawah induk perusahaan Mind Id dibawah PT Inallum ini harus segera berbenah diri.
Data menunjukkan produksi bijih timah hanya 26500 mton tahun 2021 turun -42% dari produksi Logam Tins tahun 2020 sebesar 45700 m ton.
Kondisi ini diperparah dengan maraknya penambangan ilegal yang dilakukan oknum pengusaha tambang dengan menggunakan Perlatan tambang rakyat yang bekerja dalam IUP PT Timah tanpa ada pengawasan maksimal dari Pemilik IUP sendiri.
Meskipun berulang sekali dilakukan razia dengan melibatkan APH dan institusi lainnya, namun tidak memberi berdampak dengan peningkatan jumlah produksi bijih timah yang dihasilkan sampai dengan semester awal tahun 2022 ini.
Bahkan cenderung menurun walaupaun ada upaya manajemen untuk mencoba menaikan harga kompensasi bijih timah dipasaran.
Salah satu penyebab lambatnya pengurusan administrasi dan birokrasi yang kompleks dan berbelit-belit untuk penerbitan surat perintah kerja (SPK) baik bagi Ponton Isap Produksi (PIP) laut maupun Skala Tambang Darat, sehingga tidak dipungkiri menambah terpuruknya jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan tambang PT Timah, meskipun sebagai pemilik izin usaha pertambangan (IUP) terluas atau terbesar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Diketahui juga kondisi cadangan aluvial darat saat ini adalah cenderung tailing eks penambangan dengan mineralisasi kompleks, dan memiliki ukuran butiran halus (mesh) yang biasa memberi sebagai kekayaan cadangan meskipun sedikit turun gradenya.
Kemudian, tantangan yang kedua adalah peningkatan teknologi dan SDM untuk bidang pengolahan mineral. Dan inilah merupakan kesulitan dialaminya semua penambang timah baik di perusahaan besar maupun rakyat akan stuck atau stagnant pada satu titik nantinya. Selain masalah teknologi dan pengetahuan SDM untuk mengolah mineral terutama pasir timah.
Ketiga adalah bagaimana menjaga umur tambang di wilayah di Bangka Belitung agar tetap berkelanjutan, terutama sebagai sumber pendapatan daerah yang terbesar untuk provinsi dan masyarakat Bangka Belitung.
Nah, untuk menjaga multiflier efect yaitu perputaran ekonomi agar tetap stabil dan positif di provinsi Bangka Belitung.
Namun jika PT Timah tidak bisa manege dengan baik atau bertahan sudah dapat diprediksi berapa banyak karyawan dan mitra serta stakeholder yang akan kehilangan sumber pendapatan dan terkena imbasnya.
Tentunya ini akan menjadi persoalan masalah sosial dan masalah lainnya kita di Provinsi Bangka Belitung.
Sebenarnya ada peluang besar dengan sumber daya alam (SDA) bijih timah, yaitu kita masih menyimpan adanya cadangan TIMAH PRIMER dengan deposit sejumlah ratusan ribu ton yang masih tersimpan dalam perut bumi di Bangka Belitung, dan menjadi peluang besar dan menguntungkan masyarakat kita dan negara, apalagi didukung dengan harga logam timah yang saat ini tinggi.
Bahkan tertinggi dalam sejarah menyentuh $48.000/mton logam, dan harga timah dunia saat ini terus membaik seiring teknologi sumber daya terbarukan mendorong teknologi digitalisasi industri yang banyak menggunakan bahan timah.
Kekuatan yang ada inilah dengan memiliki cadangan mineral baik primer dan alluvial serta mineral ikutan berharga lainnya, harus dimanfaatkan dan dikelola sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat kita.
Namun kita juga dihadapkan memiliki kelemahan terbesar saat ini, yakni tidak adanya SDM atau boleh dikatakan langkah di Bangka Belitung untuk yang ahli dibidang hilirisasi, sehingga mendorong tidak adanya peningkatan teknologi hilirisasi yang dimiliki oleh Bangka Belitung.
Sangat miris jika memang tidak ada perhatian pemerintah tentang ahli teknologi hilirisasi produk timah, dan harapan kedepannya yang akan menghilangkan ekspor timah mentah atau batangan keluar negeri. Hal ini akan terjadi dan menjadi Pekerjaan Rumah (PR) jika kita tidak segera membenah diri mulai saat ini. Tutur M.Anshori
(Fitriyadi)
Tidak ada komentar